Minggu, 26 September 2010

Logika Pemuda dan Demokrasi














Oleh : Adam Rumbaru
Wkl. Sekjen DPP. BIMA

Pemuda merupakan pilar kuat dan harapan besar sebua bangsa. Bangsa yang kuat dan mandiri tidak terlepas dari peran kaum muda itu sendiri. Namun pemuda seperti apa yang turut berpartisipasi dalam membangun pembangunan demokrasi Indonesia...? Hal itu dapat kita temukan dalam lanskap baru kehidupan pemuda Indonesia dalam membangun demokrasi.

Komitmen pemuda dalam membangun pembangunan demokrasi berangkat dari kondisi objektif Indonesia yang plural ini memang harus dijadikan demokrasi sebagai landasan pengelolaan negara dan masyarakat. Karena pemuda secara logika berfikirnya mengemukakan bahwa demokrasilah sebagai sistem yang mampu menjawab tantangan yang terus berkembang.

Demokrasi Indonesia saat ini cenderung  ke arah demokrasi Amerika sehingga demokrasi kita ini tidak sesuai dengan keinginan dan hati nurani masyarakat, karena telah banyak menguburkan tata nilai kehidupan dan kebudayaan bangsa. Nah, hal ini merupakan tantangan bagi masyarakat bangsa Indonesia terutama para pemuda.

Rakyat Indonesia sebenarnya berasumsi bahwa dengan adanya demokrasi yang dianut sekarang mampu membawa perubahan. Tapi, ternyata jauh dari harapan masyarakat, dan celakanya bagi masyarakat yang secara politik mengalami transisi.

Simak kehidupan politik di sepanjang era orde baru, dimana era yang sama sekali tidak menyentu jiwa demokrasi. Kegagalan proses transisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa setiap gerakan politik hanya semata untuk tujuan kekuasaan, bukan untuk kesejahteraan masyarakat. Padahal tujuan demokrasi itu sebenarnya mensejahterahkan rakyat.

Dengan adanya gerakan politik kekuasaan orde baru itulah dieksplisitkan oleh pemuda saat itu sebagai kesalahan cara pandang, sehingga lahirlah gerakan reformasi oleh mahasiswa dan berhasil menggulingkan rezim yang telah berkuasa 32 tahun itu.

Pasca tumbangnya rezem orde baru, perubahan mendasar terkait dengan sistem dan format politik nasional demikian cepat berlangsung. Tuntutan demokratisasi yang menjadi salah satu amanat dari reformasi, telah memaksa berbagai kelembagaan politik melakukan reposisi.

Secara prosedural, demokrasi kita telah menampakkan perkembangan yang luar biasa. Prinsip vox populi vox dei (suara Tuhan suara rakyat), nampak jelas dalam format politik kekinian. Hal ini terlihat dalam format sistem pemilu kita. Model pemilihan secara langsung berlaku secara mutlak untuk menentukan Presiden/Wakil Presiden, anggota DPR, DPRD, DPD, Gubernur/Wakil Gubernur,Walikota/Wakil Walikota, dan Bupati/Wakil Bupati. Namun sayangnya, berbagai perubahan atas demokrasi prosedur tersebut belum mampu menumbuhkan praktik demokrasi subtansial yang sesungguhnya.Mentalitas atas praktik demokrasi pasca orde baru, belum mampu menumbuhkan etos kesadaran politik, justru sebaliknya, praktik demokrasi politik kita, makin menunjukkan gejala anomali.

Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Barisan Insan Muda (DPP.BIMA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.