Rabu, 04 September 2013

Sech Siti Jenar Pernah Kunjungi Seram Gorom

Oleh : Adam Rumbaru

Ada ceritra yang sampai saat ini masih dirahasiakan. Namun buat apa kisah seorang waliallah itu tidak di sampaikan kepada generasi sekarang.

Saya baru tahu ceritra ini ketika duduk dengan seorang pemangku adat desa Ondor sebagai sapaan akrab Jou Merah. Suasana saat itu hening, hari memasuki waktu petang. Ketika mendengar suara salam dari pintu masuk rumah saya Assalamualaikum. Saya menjawab Walaikum Salam lalu memperselahkan tamu terhormat raja Ondor itu untuk duduk.Sudah lama kami berpisah dan tidak ada kabar karena saya merantau ke Jakarta. kurang lebih 10 tahun baru kembali ke kampung halaman.

Raja ondor terkesan santun ketika dijamu oleh saya sebagai warga masyarakatnya. Ia memang lebih menghormati rakyatnya. Dam kamu di Jakarta bekerja sebagai apa? Tanya raja. Saya menjawab saya bekerja sebagai seorang jurnalist Jou. Kata Jou adalah sebutan raja dengan bahasa Gorom.

Selain pertanyaan tentang kerja saya, ada juga pertanyaan lain yang ingin dilontarkan kepada saya. Namun saya cepat mengalihkannya dengan pertanyaan balik.

Jou saya minta izin mau bertanya tentang kisah perjalanan Sech Siti Jenar, karena dengar ceritra dari beberapa sumber ia sempat ke Gorom dan tepat di Kampung kita. Kemudian sang raja memulai menukilkan kisah waliallah tersebut.

Namun sebelumnya perlu diketahui tentang Pulau Gorom. Pulau ini letaknya sangat strategis sampai-sampai disebut sebagai daerah matahari terbit. 

Gorom berada di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur,provinsi Maluku. Di zaman kerajaan Majapahit Gorom lebih dikenal dengan nama Seram Gurun.

Simak ceritra sang raja tentang Sech Siti Jenar

Suatu malam Sech Siti Jenar ditampakkan sebuah cahaya Ilahi yang sungguh menakjubkan. Cahaya yang tidak sedianya dilihat orang awam. Cahaya  itu sepertinya mengisyaratkan dia pergi ke suatu tempat, namun belum diketahui pastikan. 

Hatinya takjub ketika melihat cahaya itu menampak di pulau Sumatera kemudian dia Sech Siti Jenar menelusurinya. Namun Sesampainya dia Sech Siti Jenar ke Sumatera cahaya tersebut menghilang.

Tentu saja rasa penasaran menyelimuti sang wali Allah yang satu itu. Namun, selang beberapa waktu kemudian cahaya itu ditampakkan lagi oleh Sech kali ini muncul di sebelah timur pulau Kalimantan. Sakin penasaran dan bertanya selalu dalam bathinnya sebenarnya ini tanda apa.

Cahaya kemudian menghilang dan terbit di Sulawesi Tenggara tepat di Kraton Bau-bau Buton. Namun menghilang lagi. Kemudian muncul lagi ke Ternate, juga sama halnya. Begitu juga pulau Seram Sech menelusurinya namun tak lama kemudian cayaha kebenarnya yang menuntunnya itu hilang. cahaya tersebut kemudian muncul dan kali yang terakhir tampak di pulau Gorom dan ini baru abadi.

Sebenarnya gerangan apa cahaya tersebut menuntun diri ulama ma'rifat ini. Namun yang jelas cahaya itu berasal dari seorang Sufi terkemuka di pulau Gorom yang lahir di negara Balka yang kini Afganistan, dia itu adalah Jalaluddin.Penyiar Islam pertama di Pulau Gorom yang disebut Syarifullah. 

Jalaluddin dikenal masyarakat Gorom adalah Syarajuddin Al-Qadri juga keturunan Nabi Muhammad Rasullah Saw. dari garis Hasan Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Diceritrakan bahwa Sech Siti Jenar ketika masih di Jawa ia dari awal megajarkan masyarakat Islam tentang ma'rifat dengan sebutan Awaluddin Ma'arifatullah. 

Namun begitu sampai ke Pulau Gorom ia baru mengetahui dan lebihnya dia mengakui bahwa di Gorom itu ternyata Ussuluddin Ma'arifatullah.

Di situlah Sech Siti Jenar bersama Syarajudin membangun sebuah Masjid yang pertama bernama Masjid Giro Gajah di bangun ketika masyarakat masih menghuni sebuah kampung bernama Kabes. Kampung itu sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya tanaman Cengkeh, Palah dan lain-lain. 

Kini Kabes sudah menjadi pegunungan. Karena pulau Gorom sudah berproses menjadi luas dan panjang menjadi pulau besar. Masyarakat sudah memiliki kehidupan baru di pesisir. Kabes hanya meninggalkan sejarah bagi generasi mudanya.

Raja tidak merespon adanya Ceritra Sech Siti Jenar dari versi sekelompok orang di tanah Jawa yang menurut dia berlawan secara kemanusiaan.

Jika mereka mengatakan Sech Siti Jenar adalah makhluk aneh yang berasal dari Cacing ia menolak. Berikutnya juga saat dibunuh oleh Sembilan Wali di Jawa ia berubah menjadi anjing.Ini ceritra yang menyudutkan umat Islam di dunia khususnya Indonesia. 

Ceritra ini butuh kajian dan pendekatan sejarawan dan budayawan lebih dalam.Manusia itu diciptakan dalam keadaan yang sebaik-baiknya sebagaimana dikutib dari Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat At tin.

Berikut Ulasan Singkat Tentang Biografinya Sech Siti Jenar :

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Cireban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.

Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.

Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.

Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:

1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya
2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,
3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara
4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

Berdasarkan riwat di atas lalu kemudian begitu mudah orang mengvonis Sech Siti Jenar pembawa ajaran sesat. pandangan sisis dari orang-orang itu adalah mereka yang tidak mau menerima Islam di negeri kita.

Tentang Penulis

Nama Lengkap Adam Rumbaru adalah Mantan Ketua Umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LDMI HMI) Cabang Ambon.Direktur Eksekutif Lembaga Analisa Pengembangan Demokrasi (LAPD).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.