Minggu, 11 November 2012

Memberantaskan Korupsi di Maluku Tantangan Kandidat Gubernur


Oleh : Adam Rumbaru


Provinsi Maluku merupakan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan gugusan pulau-pulau kecil yang tersebar dan berbatasan dengan negara tetangga. Perlu dilakukan dengan kebijakan pemerintah daerah melalui program yang terpadu dan tepat sesui potensi yang dimilikinya serta kuat dalam menghadapi berbagai hambatan.


Selain dari hambatan, ada juga tantangan terbesar Provinsi Maluku memberikan perhatian yang sama terhadap seluruh wilayah pulau dan sekaligus membangun keterkaitan antar wilayah pulau dalam satu kesatuan, tata ruang, wilayah pulau dan laut. Posisi kepulaun yang tersebar sering kali membuat program pembangunan yang dibuat hanya memfokuskan pada satu pulau tertentu dengan alokasi program sektoral tertentu tanpa memperhatikan keterpaduan program dalam satu kesatuan dan tata ruang.

Hal inilah yang menyebabkan Maluku menghadapi permasalahan yang sangat kompleks terutama sebagai akibat ketertinggalan dan keterisolasian. Permasalahan itu antara lain adalah : Pertama, tingginya angka kemiskinan. Kedua, rendahnya derajat pendidikan dan kesehatan. Ketiga, tingginya angka pengangguran dan Keempat, terjadinya gangguan ketertiban dan keamanan sebagai akibat konflik sosial.

Wilayah Julukan rempah-rempah ini tersebar dan dipisahkan perairan sehingga menyebabkan program pembangunannya cenderung hanya berpusat pada pulau yang menjadi pusat pemerintahan daerah dan kurang menyebar ke pulau-pulau lainnya. Wilayah yang tersebar itu dinilai dapat menghambat mobilitas sumber daya dan penduduk akibat minimnya jaringan transportasi. Kondisi ini juga menyebabkan rendahnya pengawasan dan penengendalian kondisi ketertiban dan keamanan wilayah, serta munculnya potensi konflik dan politik keamanan (separatisme). Dengan kondisi wilayah yang tersebar dari berbagai hambatan, perencanaan pembangunan, perlu memperhitungkan secara sungguh-sungguh karakteristik wilayah kepulauan Maluku.

Padahal Maluku sesungguhnya memiliki potensi pengembangan yang sangat besar dan berbasis sumber daya alam, utamanya perikanan dan wisata bahari. Namun,, potensi perikanan laut amat besar itu belum mendapatkan sentuhan pengelolaan secara optimal. Begitu juga terhadap sumber daya lahan, hutan dan perkebunan yang sama besarnya. Hal ini perlu adanya pengelolaan yang professional oleh pemimpin Maluku yang akan datang untuk lebih mendorong perekonomi masyarakat di wilayah Maluku. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya tersebut, sejatinya tetap memperhatikan dan mempertimbangkan keterpaduan serta keseimbangan dalam penataan ruang wilayah untuk mencegah adanya eksploetasi yang berlebihan, juga dapat mendorong penyebaran dampak perekonomian ke seluruh wilayahnya.

Maluku yang sarat akan sumber daya alam saat ini membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kualitatif dan dapat berasal dari  putera dan puteri daerah Maluku itu sendiri, agar mereka turut menikmati sumber daya alam daerahnya. Karena jika hal itu bisa dilakukan, maka muncullah keinginan anak daerah untuk lebih mempersiapkan dirinya sebagai sumber daya manusia yang siap mengabdi kepada daerah dan bangsanya.

Selain dari pengelolaan sumber daya alam, pemerintah kedepan harus bekerja keras dan berkomitmen memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di wilayahnya. Karena praktek KKN itu berdampak pada kehidupan masyarakat Maluku. Korupsi merupakan salah satu kejahatan terstruktur yang mengakibatkan terjadinya kemiskinan. Karena bila bertambahnya kemiskinan, maka tentu saja dapat menghambat lajunya roda pembangunan di daerah Maluku.

Sampai sekarang praktek korupsi di Maluku itu belum mampu diberantaskan. Penanganan ini perlu adanya kerja sama yang baik antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan pemerintah daerah dibantu oleh seluruh elemen masyarakat. Kerja sama tersebut dilandaskan pada Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Korupsi dan Pelaksanaanya.

Maluku sebagai daerah rawan korupsi terbesar di Indonesia patut “ Diancungi Jempol”, hal ini mengundang tanya publik, kemana kinerja para penguasa daerah. Hal ini juga menjadi tantangan untuk pemimpin yang akan datang. Olehnya itu bagi mereka yang ingin memimpin Maluku ke depan perlu memiliki visi dan keberanian dalam memberantas korupsi tanpa pandang buluh.  

Potret hukum Maluku menjadi fenomena usik bagi publik Maluku. Hampir setiap saat rakyat selalu disuguhi dengan issue korupsi, baik pejabat dilingkup Kabupaten/Kota maupun di tingkat Provinsi di Maluku. Hal ini wajar karena disatu sisi, melemahnya fungsi kontrol DPRD yang mewakili rakyat, maupun minimnya akuntabilitas kinerja dalam pengelolaan anggaran. Sehingga memberi peluang korupsi terbuka tanpa memikirkan nasib rakyat yang kian terlilit ekonomi.

Aleh-aleh meningkatkan kesejahteraan Maluku, pemerintah daerah sudah melakukan jauh sebelumnya namun sayangnya tidak berhasil dilakukan secara keseluruhan, melainkan secara terbatas yaitu hanya pada daerah-daerah tertentu juga masyarakat tertentu. Yang kita harapkan untuk Maluku jauh lebih maju itu tercepai apabila seluruh elit politik di Maluku telah mempersatuhkan visi dan misinya serta telah hilangnya hegimoni politik kesukuan. Hal ini jelas bagi kita bahwa pemimpin yang diharapkan rakyat Maluku ke depan adalah pemimpin yang pro terhadap rakyat Maluku dan tanpa segang-segang memberantas korupsi. Tentunya para calon pemimpin yang akan bertarung nanti sudah memiliki strategi dan keberanian serta komitmen memberantas korupsi. 

Dalam penanganan kasus korupsi di Maluku yang telah lama mengakar tersebut tidak mungkin diselesaikan oleh penguasa itu sendiri melainkan kerja sama dan kerja keras dengan pihak lain dalam hal ini pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga penegak hukum.

Pertanyaannya adalah apakah pemerintah Provinsi Maluku akan datang dapat memberantaskan korupsi di negerinya ataukah sejalan dengan visi para koruptor…? Ini tantangan besar yang akan dihadapi oleh gubernur maluku akan datang.

Penulis adalah mantan Ketua Umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LDMI HMI) Cabang Ambon Periode 2000-2002

  

Indikasi Mahasiswa IAIN Ambon Diperkosa


Sangat ironis jika seorang mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon menjadi korban pemerkosaan.dikatakan ironis karena mahasiswi IAIN merupakan simbol kekuatan muslimah bagi ummat Islam di Maluku.jika sudah tidak ada lagi perlindungan hukum terhadap keperempuanan khususnya muslimah Maluku, maka martabat perempuan terinjak.

Korban berinisial NK diduga diperkosa dan dianiaya JW, sopir angkot IAIN Ambon dengan nomor seri polisi  DE2072AU hingga korban tidak sadarkan diri dan kini masih dalam perawatan medis.

NK adalah seorang mahasiswi IAIN yang saat ini mempersiapkan dirinya untuk ujian komprehensif. Namun, betapa malang nasipnya gadis Gorom ini terpaksa terbaring di rumah sakit.

Ada keterangan dari Ibu korban bahwa korban keluar rumah malam itu untuk mengejar dosen agar mendapatkan nilainya. 

“ NK keluar rumah untuk kejar dosen agar dapat memperbaiki nilainya dan waktu pulang dari kota NK menumpang mobil angkot jurusan IAIN  itu dan tidak ada seorang penumpang dengannya. Pelaku sengaja tidak mau ambil penumpang, dan mempercepatkan kendaraannya, lalu ada orang melihat NK jatu dari mobil dan sopir dikejar dan berhasil ditangkap polisi,” jelas Ibu korban saat ditemui di Rumah Sakit Umum Haulussi (Kodamati) Ambon, Sabtu (10/11).

Menurut Ibu korban, sopir sudah punya rencana jahat terhadap anaknya. “ inikan mobil angkot kenapa dia tidak mau ambil penumpang dan anak saya sendiri di dalam, ini pasti ada niat yang tidak baik terhadap anak saya,” tegas dia.
“Anak saya waktu ditemukan sudah dalam keadaan tidak sadar dan masih terbaring seperti ini, belum sadar juga,” kata ibu korban.

Tampak di bola mata sang ibu berkaca-kaca, suaranya pelan dan isak tangis sempat terdengar, para pengunjung yang nota bene Mahasiswa IAIN bertadatangan. Rasa luka yang amat dalam menyelimuti keluarga korban.

Ketika rombangan IAIN yang dipimpin Akas Koletlena mendatangi kantor polres Ambon untuk menanyakan kejadian dan memastikan perlindungan hukum, ditemui AKP Joko, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Polres Ambon. Dalam pertemuannya Joko mengatakan pihaknya sedang mempelajari kasus ini dan sementara pelaku masih ditahan di polres Ambon.

“ Kami belum bisa memastikan apakah ini korban pemerkosaan atau tidak karena tidak ada saksi dalam perkara ini,” tegas joko.

“ kami baru mendapatkan keterangan dari pelaku dan kami masih menunggu keterangan dari korban,”katanya.

Sejalan dengan permasalahan itu keluarga besar IAIN Ambon tidak akan tinggal diam khususnya mahasiswa gerakan IAIN. Mereka akan turun ke jalan melakukan  aksi unjuk rasa dan ada komverensi pers terkait kasus ini. Aksi yang direncanakan adalah hari senin 12 November 2012 mendatang.(AR)



Kamis, 19 April 2012

Karena Berbakat Acting Prima Memilih Terjun di Dunia Sinetron


Jakarta, adamrumbaru.blogspot.com

Maraknya dunia sinetron membuat para remaja tertarik untuk ikut mengambil peran. Namun, hal itu sangat sulit untuk mendapatkan peran dalam sebuah sinetron. Minimalnya pendatang baru berpenampilan sebagai figuran untuk membantu mensukseskan sebuah sinetron. Lagi-lagi sinetron, Prima demikian nama yang akrab disapa dari nama lengkap Fuji Prima Anjar Susanto mengaku dirinya menyukai dunia seni, yang memulainya dengan dunia musik lalu selanjutnya ia berpindah ke dunia sinetron.

“ Saya sangat tertarik dengan dunia sinetron karena saat ini tampak ditandai adanya industri perfiliman semakin maju, dan hal ini juga ada hubungannya dengan bakat saya dan pencinta seni,” Ujar Fuji Prima Anjar Susanto kepada adamrumbaru.blogspot.com di lokasi shooting bertempat di kawasan Citragran. Jl. Juwinanggung No.5, Cibubur, Jakarta Timur Kamis (19/4) dalam sebuah sinetron berjudul Putih Abu abu.

Menurut Prima, dunia sinetron merupakan wadah yang paling tepat untuk menyalurkan bakatnya dan dapat berkembang menjadi pribadi yang baik dan yang lebih menjaga dan melestarikan dunia seni.

Pemuda kelahiran Bekasi 29 Mei 1992 dan dengan tinggi badan 180 cm itu mengakui, sinetron saat ini lebih maju dibandingkan dengan sinetron-sinetron pada tahun sebelumnya.

“ Saya menilai produksi perfiliman lebih beranjak maju dan kualitasnya pun meningkat, hal itu terjadi akibat dari ada kerja sama yang baik dan kehormonisan antara pemain film, crew dan sutradara,”tegasnya. (adam)




Rabu, 11 April 2012

Membina Generasi Jurnalistik Untuk Kemajuan Bangsa


            Oleh : Adam Rumbaru

Media massa sangat berperan dalam perkembangan atau bahkan perubahan pola tingka laku masyarakat. Hal itu disebabkan media massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat massal sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya  perorangan akan tetapi, mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan pembaca, sehingga pengaruh media massa akan sangat terlihat di permukaan masyarakat. Dalam perspektif itu, media merupakan sarana yang efektif dan berdaya jangkau luas untuk mempromosikan gagasan seseorang dalam kehidupan berdemokrasi. Melalui media massa, gagasan inklusif itu dapat dikomunikasikan secara luas dan menjangkau semua kalangan, bahkan sejak usia sekolah yang dapat mengantarkan anak didik untuk mengenal pentingnya solidaritas sosial antara warga, penghormatan terhadap kemajemukan, dan nilai-nilai dasar demokrasi keadaban.

Peran media massa yang sangat signifikan itu, diharapkan dari setiap media tidak dikembangkan jurnalisme partisan yang tidak kompatibel dengan upaya membangun saling pengertian. Jurnalisme yang professional dan indenpenden dalam menjalankan tugas peliputan adalah harapan sebuah demokrasi. Karena di dalam demokrasi pers merupakan pilar demokrasi yang menduduki peringkat keempat. Kinerja dan peran media massa di negara Indonesia sampai saat ini memang perlu diakui bahwa para Jurnalisme telah banyak memberi kontribusi bagi perkembangan media massa. Berkat jurnalistik, kemajuan teknologi bisa dibaca oleh banyak orang. Jurnalistik merupakan dunia yang sangat menggiurkan disamping juga memberi banyak manfaat utamanya mengembangkan skil/ketrampilan. Untuk  pemuda pun perlu dikenalkan dan lebih diakrabkan dengan dunia jurnalistik.

Sebagai bagian dari kelompok terdidik, pemuda juga harus memiliki kemampuan dalam pengembangan potensi dalam dirinya. Karena di usia mereka itulah awalnya ditandai adanya perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si pemuda  tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektualnya, terutama melalui pendidikan di sekolah dan kampus, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal.   Disamping itu pula, boleh dikatakan masa mereka masih dalam proses menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya. Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak.

Berdasarakan pemikiran tersebut di atas, maka perlu kiranya dikembangkan pendidikan jurnalisme kepada pemuda khususnya jurnalisme media cetak seperti Koran, majalah dan online. Sebagai upaya pengembangan bakat dan skil jurnalistik kepada pemuda, maka kami dari Lembaga Analisa Pengembangan Demokrasi bermaksud melaksanakan kegiatan pelatihan jurnalistik di kalangan pemuda.

Program pelatihan kepenulisan ini merupakan salah satu iktiar dalam rangka mengembangkan skilis remaja di Indonesia dalam dunia jurnalistik/kepenulisan. Materi dalam pelatihan jurnalistik ini tidak membebani pemuda dengan tema-tema yang berat, namun diupayakan peserta merasa senang dan enjoy di dalam mengikuti pelatihan. Dengan pelatihan ini diharapkan akan memunculkan pemuda memiliki kemampuan di dalam mengelola media massa secara handal untuk semakin mempercepat pencapaian tujuan organisasi atau pergerakan.

Penulis adalah Direktur Eksekutif, Lembaga Analisa Pengembangan Demokrasi (LAPD)







Selasa, 10 April 2012

Potret Kehidupan Umat Beragama di Indonesia


Oleh : Adam Rumbaru
Direktur Eksekutif LAPD

Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Pada tahun 2010, kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha. 

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya". Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu

Dengan enam agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia.

Keragaman agama ternyata menimbulkan dilema tersendiri.  Di satu sisi, memberikan kontribusi positif untuk pembangunan bangsa. Namun di sisi lain keragaman agama dapat juga berpotensi  menjadi sumber konflik di kemudian hari. Konflik bisa saja terjadi. Penyebab konflik terkadang disebabkan adanya truth claim (klaim kebenaran). Namun yang paling banyak terjadi, konflik lebih dipicu oleh unsur-unsur yang tak berkaitan dengan ajaran agama sama sekali. Konflik sesungguhnya dipicu oleh persoalan ekonomi, sosial dan politik, yang selanjutnya di blow up menjadi konflik (ajaran) agama.
Kita percaya bahwa tidak ada satu agamapun di muka bumi ini yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan dan permusuhan. Ajaran normatif kitab suci selalu mendendangkan kedamaian dan ketenteraman antar sesama umat beragama. Kendati demikian, tidak tertutup kemungkinan, penafsiran atau pemahaman pemeluk agama dapat menjadi pemicu terjadinya disharmonisasi antar pemeluk umat beragama. Seperti yang telah disebut di muka, truth claim dan doktrin keselamatan agama, kerap menjadi faktor munculnya disharmonisasi.

Dalam upaya membangun, menjaga dan mempertahankan kerukunan umat beragama, peran pemuka agama menjadi sangat penting.  Pertemuan tokoh-tokoh lintas agama untuk berdiskusi, bermusyawarah, bahkan dalam tingkat tertentu berdebat adalah wahana yang cukup positif untuk membangun kebersamaan dan saling memahami . Di satu sisi, tingginya intensitas pertemuan tokoh-tokoh lintas agama memberikan pengaruh positif . Namun di sisi lain, dialog yang dikembangkan ternyata hanya menyentuh kalangan elit agama. Di dalamnya tidak saja terbangun simpati tetapi juga empati. Sayangnya, apa yang terjadi pada level atas ternyata tidak menetes ke bawah. Pendek kata, dikalangan akar rumput tidak terbangun saling memahami ajaran masing-masing agama. Tetap saja masing-masing pemeluk bertahan pada keyakinannya sendiri dan menganggap ajaran orang lain salah. Untuk itulah diperlukan langkah-langkah yang lebih kreatif, segar dan baru, dalam rangka membangun kerukunan umat beragama.

Satu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi adalah kerukunan itu sebagai harga mati bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu, kerukunan harus terus dipertahankan kendatipun kejadian belakangan ini, kerusuhan dan amuk massa atas nama agama membuat banyak pihak pesimis. Bahkan ada yang mengatakan, kita berpotensi menjadi negara gagal karena tidak berhasil mengawal pluralitas.

Satu hal yang perlu diwaspadai, persoalan kerukunan umat beragama tidak selalu kasat mata. Tidak selamanya tampak jelas dipermukaan. Terkadang masalah kerukunan ini ibarat api dalam sekam. Kerukunan menyimpan sisi-sisi yang bersifat laten dan potensial. Ia bisa mencuat kepermukaan dan meledak, membakar apa yang ada disekitarnya sehingga sulit untuk dipadamkan. Dengan demikian, dibutuhkan kea`rifan untuk mengelola kerukunan umat beragamaini.

Dalam kontek inilah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Pertama, kelangsungan kehidupan bangsa ini tidak hanya terpikulkan kepada penganut satu agama tertentu saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia tanpa kecuali. Dan karena itu kesadaran terhadap prinsip egaliter di kalangan masyarakat perlu lebih dikembangkan. Kedua, masyarakat kita hendaknya dapat hidup rukun sekalipun mereka menganut agama dengan ajaran teologi yang berbeda karena dengan rukunnya masyarakat memberi peluang yang lebih besar bagi mereka untuk mengamalkan ajaran agamanya secara paripurna. Tetapi sebaliknya manakala mereka hidup dalam suasana penuh kecurigaan maka semakin kecil peluang mereka melaksanakan perintah agamanya secara baik. Ketiga, masyarakat hendaknya dapat disadarkan bahwa perbedaan itu tidak sama dengan permusuhan. Keempat, umat beragama hendaknya menyadari bahwa kebenaran praktis yang dimiliki setiap agama selalu memiliki misi universal dan tentunya berdimensi kemanusiaan (inklusif). Oleh karena itu, eksistensi sebuah agama pada dasarnya ditentukan bukan oleh kekuatan politik-birokrasi akan tetapi didasarkan pada sejauhmana kontribusinya kepada nilai-nilai universal kemanusiaan. Semakin besar sumbangan kemanusiaan yang diberikan suatu agama, maka dengan sendirinya semakin besar peluang memberi corak bagi perkembangan kemanusiaan dimasa depan.
Penulis adalah Direktur Eksekutif Lembaga Analisa Pengembangan Demokrasi. Mantan Ketua Umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LDMI HMI) Cabang Ambon