Selasa, 10 Agustus 2010

Menjaga dan Meningkatkan Citra Diri Melalui Kecerdasan

Oleh: Adam Rumbaru





A.Dalam Pandangan Islam

Katakanlah: " Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyak yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah, hai Ulul Albab, agar kamu mendapatkan keberuntungan." (QS.al-Maidah:100)

Ulul Albab adalah istilah Al-Qur'an yang sering dijadikan rujukan bagi sebuah semangat gerakan Islam terutama yang menjadikan intelektual sebagai paradigma dasar gerakannya.

Karena merupakan istilah Al-Qur'an, maka tidak ada satu terjemahan yang paling tepat, kecuali terminologi " Ulul Albab" itu sendiri. Walaupun demikian, Ulul Albab sering diterjemahkan dengan " orang yang punya akal". Adalah yang mendapatkan kehormatan dari Tuhan. Biasanya berupa tantangan dengan tujuan untuk dapat mengetahui rahasia-rahasia langit dan bumi. Bagaimana citra insan Ulul Albab itu? Berikut diantara citra Ulul Albab:

1. Ulul Albab adalah mereka yang mampu mengambil hikmah akan ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat Al-Qur'an Allah berfirman
 :
Dialah yang menurunkan al-kitab (Al-Qur'an) kepada kamu. Dia antara isi (nya) ada ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat mutasyabihat). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: " Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran:7)

Potongan akhir ayat di atas menjelaskan bahwa " hanya" insan Ulul Albab yang dapat menyadari dan mengambil inti hikmah serta sanggup untuk mengatakan bahwa ayat di atas juga berindikasikan mutasyabihat.


2. Ulul Albab adalah mereka yang mengetahui kebenaran itu berasal dari Tuhan.

Firman Allah SWT:

Adakah orang-orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (QS.ar-Ra'd:19).


3. Ulul Albab adalah mereka yang dapat merenungi kosmos ciptaan Ilahi.

Firman Allah SWT:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (QS. Ali'Imran: 190).

Terminologi Ulul Albab di atas menunjukkan pada orang yang mampu merenungi kosmos ciptaan Ilahi. Mengapa " langit" dipasangkan dengan " bumi"? Kenapa Tuhan tidak "menjodohkan" langit dengan, misalnya matahari, yang sementara orang sains modern diyakini sebagai pusat tata surya kita? Atau kenapa tidak dipasangkan dengan planet lain selain bumi di dalam jagat raya ini?

Itulah pertanyaan-pertanyaan mendasar seputar rahasia ciptaan Allah, yang tak mungkin manusia yang tak berakal akan mampu untuk merenungkannya.

4. Ulul Albab adalah mereka yang istiqamah dalam keyakinan kepada Allah.

Firman Allah SWT:

Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyak yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah, hai Ulul Albab, agar kamu mendapatkan keberuntungan (QS. al-Maidah: 100)

Ukuran baik dan buruk bukanlah pada legitimasi kerelatifan, namun pada logika kemutlakan. Kemutlakan yang terpahami adalah merupakan kemutlakan yang relatif, dan inilah yang sampai kepada kepahaman manusia. Sedangkan kemutlakan yang mutlak hanyalah milik yang Maha Mutlak, Allah SWT. Sehingga parameter kebaikan dan keburukan adalah nilai-nilai transedental, yakni apa yang datang dari Allah SWT.

5. Ulul Albab adalah mereka yang merasa cukup dengan Al-Qur'an sebagai kitab penjelas dan pemberi peringatan.

Firman Allah SWT:

Al-Qur'an Ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia dan supaya mereka memberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS.Ibrahim: 52).

Merasa cukup dengan Al-Qur'an bukan berarti menafikan sumber-sumber hukum di bawah Al-Qur'an yakni hadis dan ijtihat, namun justru sebagai konstitusi yang tertinggi dan tidak ada yang lebih tinggi. Insan Ulul Albab adalah memberikan penjelasan dan peringatan tentang pentingnya menjadikan tauhid sebagai pandangan dunia yang paling puncak, di atas pandangan dunia teologi, filsafat, dan sains.

6. Ulul Albab adalah mereka yang beriman kepada Allah, yang takut akan azab-Nya yang keras.

Firman Allah SWT:

Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; yaitu orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu." (QS.at-Thalaq:10).

Ayat di atas barangkali adalah ayat yang paling luas pengertiannya tentang " kategori" Ulul Albab. Menurut Ayat tersebut, Ulul Albab adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Dengan kata lain, Ulul Albab artinya seorang mukmin, yang tidak cukup hanya melafalkan keimanan kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari kiamat, dan takdir saja, namun juga meyakini akan keadilan Tuhan dan hukum-hukum kausalitas-Nya.

7. Ulul Albab adalah mereka yang diberi hikmah oleh Tuhan.

Allah SWT berfirman:

Allah memberi hikmah kepada siapa saja yang dikehendakinya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya telah diberi kebijakan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal."(QS.al-Baqarah:289).

Hikmah adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu sebagaimana adanya. Ia adalah, " pohon yang tumbuh dalam hati dan berbuah di lisan". Hikmah adalah puncak kesempurnaan.

8. Ulul Albab adalah mereka yang mampu menangkap pesan-pesan sejarah.

Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah ceritra yang dibuat-buat, akan tetapi, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf:111)

Imam Nawawi berpendapat bahwa yang dimaksud kitab dalam ayat tersebut adalah kitab Nabi Yusuf as dan saudara-saudaranya, atau kisah para rasul. As-Suyuthi mengartikan lafadz itu dengan kisah para rasul.

Dalam konteks kehidupan sekarang, insan Ulul Albab mempresentasikan diri dalam bentuk tiga kecerdasan yakni kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Insan Ulul Albab telah ditunjukkan pribadi-pribadi agung dan mulia dalam sejarah Islam.

Tentang ketiga kecerdasan itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kecerdasan Intelektua

Kecerdasan intelektual atau Intelectual Quetiont (IQ)  merupakan kecerdasan yang paling tua usianya. Ia merupakan kecerdasan anak sulung manusia. Yang telah berabab-abab diyakini sebagai satu-satunya kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, sampai kemudian, dunia dikejutkan oleh dua penemuan baru tentang kecerdasan, yakni kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Sebagaimana dua kecerdasan ini, maka kecerdasan intelektual (IQ) juga bekerja dalam otak manusia.

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional atau Emotional Quetiont (EQ) pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harverd University dan John Mayer dari University of New Hampshire, untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas ini antara lain adalah:

-Empati
-Mengungkapkan dan memahami perasaan
-Mengendalikan amarah
-Kemandirian
-Disukai
-Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
-Ketekunan
-Kesetiakawanan
-Keramahan
-Sikap hormat.

3. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan Spirituan atau Spiritual Quetiont (SQ) dalam ilmu psikolog adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan makna dan nilai, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Sampai detik ini, SQ adalah puncak kecerdasan yang dimiliki manusia, dimana jenis kecerdasan ini akan memberikan berbagai inspirasi dan kekuatan dalam diri manusia.


B. Pandangan Lain

Kecerdasan merupakan braen power yang dianugerahkan Tuhan kepada setiap manusia. Manusia memiliki pikiran yang harus dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Secara umum, kecerdasan (intelligence) merupakan general mental capability, yang melibatkan kemampuan manusia untuk memberi argumen atau menciptakan alasan ( reasonting), merencanakan, memecahkan masalah, berfikir secara abstrak, memahami ide-ide yang kompleks, belajar dengan cepat dari pengalaman. Kecerdasan merupakan penentu dari kesuksesan  dan executive intelligence merupakan titik sentral dari kinerja kepemimpinan. Semua pemimpin yang hebat memiliki executiveintelligence.

Akar  dari kecerdasan terletak pada kemampuan manusia untuk melahirkancritical thingting. Dan critical thingting hanya akan hadir apabila terdapat 3 kondisi penting yang melandasinya:

  1. Kondisi terbebas dari rasa takut (faer free condition). Rasa takut akan menjauhkan dari kecerdasan, pada saat ketakutan menghantui manusia, proses berfikir, perasaan, kinginan dan tingkah laku akan terganngu. Dapat dikatakan bahwa the biggest enemy of intellignce is the fear, trutama yang dilakukan olh para pemimpin yang srius mngatasnamakan Tuhan dan mereka  yang tidak cerdas  atau yang anti kecerdasan. Menurut pandangan para pemimpin yang tidak mnginginkan kecerdasan bahwa orang yang cerdas sulit untuk tunduk atau loyal kepada kepentinganpemimpin.
  2. Berfikir positif (positive thingting). Dengan berfikir positif , maka diharapkan feling akan mnjadi positif.
  3. Memahami dan menrima perbedaan merupakan anugerah yang dimiliki olh manusia baik dari sisi fisik maupun pikiran, asal usul, kyakinan, atau prilaku yang dapat berbeda dari satu manusia dengan manusia lainnya.

Mengapa Harus Berfikir Cerdas

Ada beberapa argument yang sangat mendasar dikmukakan dalam kaitannya dengan pemanfaatkankecerdasan untuk meembangun competencies, value creation dan competencies dapat dijelaskan sebagai brikut:

  1. Manusia yang mmiliki dan mampu memanfaatkan kcrdasan adalah mreka yang mampu mentransformasikan pngalamannya menjadi pngetahuan dan memanfaatkan pengetahuan ini dan menghubungkan dengan persoalan di masa yang akan dating.
  2. Manusia yang crdas t5idak akan perna miskin, karena kecerdasannya dapat dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sendiri, dan bahkan dapat digunakan untuk mnolong orang lain menjadi manusia yang cerdas pula.
  3. Talent dan jenius serta competence dan wisdomberakar dari kecerdasan.
  4. Kcerdasan (intelligence) merupakan determinant factor dari kesuksesan bersumber dari tiga prinsip dasar yaitu: (1) simplicity; (2) dynamics; (3) coomunication. Ini berarti bahwa ketiga prinsip trsebut bias dilaksanakan untuk memerlukan kecerdasan.
  5. dalam kaitannya dengan kepemimpimpinan, greatness needs great leaders .
  6. Sistem demokrasi dan pasar bebas mlahirkan pilihan-pilihan bagi masyarakat, terutama bagi pemimpin untuk meengambil keputusan.
  7. Kebahagiaan yang hakiki, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mahatma Gandhi, adalah merupakan kebebasan tatanan berfikir. Pada hakkatnya hanya orang cerdas yang  memiliki kebebasan berfikir.

Penulis adalah mantan Ketua Umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LDMI HMI) Cabang Ambon. Skarang Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Barisan Insan Muda (DPP. BIMA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.