Rabu, 06 April 2011

Bencana Empat Dimensi Menguatkan Datangnya Sandi G

Oleh : Adam Rumbaru
Indonesia diakui sebagai bangsa yang relegius. Disebut sebagai bangsa yang relegius karena terdapat enam agama yang hidup rukun dan damai. Disamping mendapatkan sebutan negara relegius, mayoritas masyarakat bangsa Indonesia juga memiliki keyakinan adanya mistik. Mistik itu dari zaman ke zaman masih tetap melekat pada keyakinan masyarakat.

Kebanyakan paranormal bangsa ini meramalkan kepemimpinan di masa yang akan datang selalu menafsirkan kata “notonogoro” dalam bahasa Jawa yang artinya mengatur negara. Joyo Boyo Seorang tokoh paranormal yang perna meramal presiden yang akan terpilih dalam pemilihan umum tahun 2004 adalah Susilo Bambang Yudhoyono dari kata no (notonogoro) akhirnya terbukti. Karena ramalan Joyo boyo tentang notonogoro itu terbukti, maka masyarakat tetap meyakini datangnya seorang pemimpin dari notonogoro.

Menurut beberapa paranormal pemimpin bangsa yang akan datang adalah G (goro-goro) dari kata “notonogoro”. Penafsiran mereka tentang pemimpin dengan sandi G itu dilihat dari adanya bencana alam seperti meletusnya gunung berapi, gempa yang terus melanda, dalam perpolitikan ditandai dengan gurita cikeas, korupsi pajak oleh Gayus Tambunan. Karena musibah dan kejadian-kejadian yang melanda negeri ini diawali dengan huruf G, maka mereka paranormal tetap pada dugaan mereka bahwa akan munculnya pemimpin baru kita dengan inisial / sandi G.

Penafsiran tentang siapakah orangnya berinisial G? Sampai sekarang mereka masih menyembunyikannya. Bagi mereka, pemimpin dengan inisial G, sudah bulat diyakini, dan apalagi gejala alam itu terus memberikan bahasa isyaratnya kepada mereka. Manusia pada hakekatnya dipahami sebagai alam kecil atau mikrokosmos sementara alam yang manusia berada ini disebut sebagai alam besar atau alam makrokosmos. Maka dapat disimpulkan bahwa manusia adalah alam dan alam adalah manusia.

Mengenal Alam Manusia

Tanpa adanya alam pasti tidak ada juga kehidupan manusia, namun bisa juga terbalik bahwa tidak ada manusia, juga pasti tidak ada alam. Manusia diciptakan pastilah berguna untuk alam dan alam diciptakan pastilah berguna bagi kehidupan mansusia. Alam bercermin kepada manusia begitu juga sebaliknya manusia bercermin kepada alam.

Di dalam ayat suci Al-quran Allah berfirman, sesungguhnya kerusakan yang terjadi baik di darat maupun di laut adalah ulah dari tangan-tangan manusia itu sendiri.

Dari ayat di tas dapat disimpulkan bahwa apabila manusia menjadi rusak imannya, maka rusaklah alam semesta, manusia merusak alam, maka akan berefek pada diri manusia itu sendiri.

Untuk lebih jauh mengenal alam mikrokosmos terlebih dulu kita mengenal unsur-unsur yang terdapat pada diri manusia. Dalam diri manusia dikenal adanya empat unsur atau empat dimensi yakni air, api, angin, dan tanah. Bahwa gejolak alam yang terjadi adalah gejolak dari manusia itu sendiri. Gejolak alam sebagai manifestasi empat dimensi pada diri manusia itu terlihat antara lain adalah kebakaran, bencana gempah bumi, meletusnya gunung berapi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin topan, angin puting beliung, dan lain-lain.

Empat dimensi yang bergejolak itu, menunjukkan kepada kita bahwa ada kesalahan yang kita perbuat. Perbuatan yang kita manusia perbuat dapat dilihat dari berbagai kejahatan misalnya, kejahatan terstruktural yang dikenal dengan kejahatan tindak pidana korupsi. Korupsi itu merupakan salah satu kejahatan yang ber-efek menelantarkan rakyat. Maraknya kejahatan tindak pidana korupsi di negara Indonesia menunjukkan kepada rakyatnya bahwa pemimpin bangsa ini belum bertindak tegas, tidak berlaku arif dan bijaksana.

Kepemimpinan bangsa Indonesia saat ini sedang digoncang dengan isu “revolusi” dari gerakan aktivis mahasiswa dan pemuda. Gerakan revolusi yang akan dimotori mahasiwa itu dengan tujuan pergantian kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena dinilai tidak tegas dan dibalik itu juga terdapat beberapa kejahatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Maka pemimpin yang lahir dari gejolak empat dimensi alam ini diharapkan menjadi pemimpin benar-benar berperilaku arif dan bijaksana. Berbicara soal Kearifan seorang pemimpin, lebih tepatnya bila kita belajar dari kearifan matahari dan samudera.

Kearifan Matahari

Sesungguhnya jagat raya ini mengajarkan kearifan-kearifan yang tidak ada tandingannya. Matahari misalnya, mengajarkan kepada kita manusia bagaimana seharusnya mencintai, tanpa membeda-bedakan asal-usul, agama, perbedaan warna kulit,kaya atau miskin dan lain-lain sebagainya. Sinarnya yang selalu rajin setiap pagi dan tenggelam di sore hari menandakan bukti nyata sebagai kesetiaan yang tiada taranya kepada seluruh isi jagat raya ini. Tidak perna matahari ingkar janji lalu tidak muncul di pagi hari dan tidak tenggelam di ufuk barat.

Kesetiaan matahari yag tiadataranya ini sejatinya diteladani oleh setiap orang, uatamnya kepada para pemimpin dan penguasa negeri ini, agar titap setia pada janji yang pernah diucapkan, janji kepada Tuhan atau kepada sesama insan.

Jika dilambangkan dalam cinta, maka sinar matahari menggambarkan bahwa kita mesti mencintai siapa saja,tanpa membeda-bedakan, apakah itu manusia kere/miskin atau kelas bangsawan. Mencintai di sini bisa diartikan tetap menghormati atau memperlakukan secara manusiawi kepada siapasaja didunia ini. Kepada pelacur misalnya, dimana mereka seringkali dianggap sebagai kaum rendah dan hina, adalah sangat bijak bilama tetap memandang dan memperlakukannya secara manusiawai. Jangan hinakan mereka, tetapi jika bisa bantulah mereka untuk mencari solusi permasalahan mereka.

Kearifan Samudra

Sementara itu, samudra atau laut mengajarkan sebuah sikap penerimaan cinta yang tida taranya. Jiwa samudra adalah pelambang sikap penerimaan yang tulus, ikhlas, tanpa ada rasa gelo (kecewa) atau getun (menyesal). Mengapa demikian? Sebab, samudra adalah sebuah tempat di mana semua aluran sungai mengalir dan berakhir di sana.

Lewat aliran sungai yang akhirnya menuju ke laut/samudra, semua benda akan diangkut/dibawa. Apakah itu benda/barang busuk, barang baik, semua kotoran dan barang berharga diterima tanpa adanya penolakan.

Inilah prinsip kehidupan laut atau samudra yang merupakan perlambang sebuah sikap menerima, dan menerima semua barang (kondisi, keadaan) yang baik atau yang buruk.

Pemimpin yang akan datang, yang lahir berdasarkan seleksi alam diharapkan akan mengedepankan nilai-nilai kearifan dan relegius. Karena dari sandi G itu muncul beberapa penafsiran bahwa G yang bila digunakan dalam bahasa Inggris, maka G itu akan menjadi Good yang artinya baik, God yang artinya Tuhan, kesempulannya bahwa G adalah pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik karena di dalam dirinya meng-sifati nilai-nilai ketuhanan (God).

Seorang pemimpin bila dalam dirinya keseluruhan dihiasi nilai-nilai ketuhanan, maka pemimpin tersebut adalah pemimpin sekalian alam atau Khalifah fil’ard. Khalifa fil’ard hadir sebagai rahmatan lilalamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.