Wkl. Sekjen. DPP.BIMA
Mahasiswa memiliki tiga tipe yakni yang pertama, tipe mahasiswa ambivalin adalah tipe mahasiswa yang hanya mengejar nilai mata kulianya semata, ia tanpa mempedulikan masalah-masalah di sekitarnya. Tipe mahasiswa semacam ini diakui memang tidak diharapkan oleh negara. Kedua, tipe mahasiswa opertunis, tipe mahasiswa yang kedua ini sangat dikhwatirkan jangan sampai ada dan berkembang di kampus-kampus karena akan merusak citra kampus. Tipe mahasiswa opertunis ini ditandai sebagai seorang mahasiswa yang telah terkontaminasi dengan politik praktis. Sehingga hanya memiliki kepentingan dirinya sendiri dan golongan tertentu untuk mencapai kepentingannya. Tipe mahasiswa yang ketiga adalah tipe mahasiswa konsisten. Tipe mahasiswa inilah yang diharapkan oleh suatu bangsa dan negara. Tipe mahasiswa ini memiliki kepedulian terhadap persoalan baik masyarakat maupun bangsa dan negara. Mahasiswa konsisten seperti Terlihat bergabung dalam berbagai organisasi. Baik organisasi intra kampus maupun ekstra kampus.
Mahasiswa yang selama kulia dan banyak menimbah ilmu dari organisasi itu tampak memiliki jiwa kepemimpinan. Kebiasaan mengkritisi pemerintah dan wakil rakyat itu dapat melekat pada diri seorang mahasiswa dan mentalitasnyapun teruji sampai mahasiswa itu tamat.
Bergabung dalam organisasi intra dan ekstra itu sangat signifikan karena organisasi itu akan membentuk krakter seorang mahasiswa yang berorientasikan kepada beberapa profesi yaitu menjadi pengusaha, menjadi akademisi, pengamat, dan menjadi politisi. Mahasiswa yang perna mendapat gemblengan ketika aktif di organisasi itu kemudian mengembangkan dirinya baik di LSM maupun organisasi kemasyarakatan (ormas).
Organisasi Kemyarakat dan Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM) merupakan salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat sipil yang berlandaskan pada prinsip demokrasi, kemitraan, keswadayaan, dan partisipasi publik. Ormas juga merupakan wadah penyaluran kepedulian dan kesadaran sosial dan politik masyarakat terhadap berbagai masalah publik aktual. Kegiatan ormas hampir selalu bersinggungan dengan isu-isu publik, khususnya yang terkait langsung dengan permasalahan riil di masyarakat.
Perkembangan ormas, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM), akhir-akhir ini, sangatlah pesat baik dari segi kuantitas maupun keberagaman sektor kegiatan yang digeluti. Sebagai gambaran, jika pada tahun 1990 jumlah ormas yang terdaftar di Departemen Dalam Negeri (Depdagri) hanya 3.200-an, maka pada tahun 2006-hingga sekarang telah mencapai lebih dari 8.000 organisasi. Jumlah ini belum meliputi ormas yang terdaftar di departemen lain dan di tingkat daerah. Perkembangan ini di satu sisi harus dipandang positif sebagai indikasi perkembangan demokrasi dan civil society.
Menjamurnya ormas lebih merupakan resonansi yang bersifat tidak langsung dari perubahan sosial, khususnya di negara maju dengan gejala kemunculan new social movement Gerakan-gerakan ini berkarakter posmodernis yang ide dan pendekatannya banyak diadopsi oleh kalangan ormas di Indonesia Sejak tahun 1990-an, di Indonesia terdapat kecenderungan kuat di masyarakat atas munculnya sebuah bentuk perlawanan dari masyarakat yang dimotori oleh aktivis LSM. Perlawanan tersebut khususnya menyangkut, antara lain, penolakan terhadap otoritarianisme negara yang over-regulatif, penolakan terhadap ide omnipotent state, dan penolakan terhadap tatanan yang bersifat status quo.
Kontrol sosial terhadap pemerintah yang dilakukan ormas dan atau LSM merupakan bentuk pertumbuhan kesadaran politik masyarakat. Tanpa kesadaran politik masyarakat, demokrasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya (timpang). Dalam kondisi demikiani akan muncul persoalan-persoalan, seperti munculnya kecurangain-kecurangan dalam proses politik dan merebaknya fenomena golput (golongan putih) dalam pemilihan umum, merambaknya tindak pidana korupsi yang menelantarkan berjuta rakyat. Kaum gerakkan masih tetap berjuang dengan fungsi kontrolnya. Namun sayangnya gerakan mahasiswa, ormas dan LSM yang tujuannya menyadarkan masyarakat politik dan kekuasaan ditanggapi sebagai bumerang. Akhirnya melakukan berbagai siasat untuk membunuh karakter kaum gerakkan.
Seperti dilangser beberapa media di tanah air saat memperingati hari korupsi dan hari buruh sedunia tampak para korupter dan makelar kasus yang berada dibalik kekuasaan merasa takut sehingga melakukan trick mematahkan semangat perjuangan kaum gerakkan. Kaum gerakkan yang memiliki idiologi serta memiliki visi yang jelas kadang kala mendapatkan adangan dari pihak-pihak yang tidak suka akan gerakkan agar mereka bebas berbuat dan terus-menerus melukai hati nurani rakyat.
Intelejen tetap saja mengintai gerakkan mahasiswa, ormas, LSM. Cara mereka untuk membunuh karakter kaum gerakan yang terlihat misalnya di kaskus yakni sebua twiter yang dicoba memediasi komentar-komentar untuk merusak citra diri seseorang yang jiwanya terang dalam perjuangan membelah rakyat dan negara. Perbuatan mereka itu adalah sebuah kezaliman yang nyata yang akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT.
Banyak persoalan di negeri ini. Kalau bukan ada perjuangan dari Mahasiswa, Ormas, dan LSM lalu siapa lagi…? Perjuangan mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan sejatinya didukung semua pihak. Tapi, apa yang terjadi…? Semuanya berpaling sari kebenaran.
Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpimnan Pusat Barisan Insan Muda (DPP. BIMA) Mantan Ketua Umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LDMI HMI) Cabang Ambon.