Minggu, 20 September 2015

Potret Demokrasi Indonesia Kekinian

Oleh : Adam Rumbaru
Sekjen RI2

Indonesia saat ini berada dalam sebuah fenomena transisi. Baik transisi dalam sistem pemerintahan, kultur, budaya dan sebagainya. Hal ini berimplikasi terhadap segala sendi kehidupan masyarakat secara luas. Diantara segala perubahan itu, ekonomi dan stabilitas politik pemerintahan adalah masalah utama negeri dan bangsa ini. Elite-elite politik yang hanya berjuang untuk merebut kekuasaan dan kepentingan golongan semakin tak terhindarkan  sehingga menjadi semakin buas. Pemerintahan hanya diisi oleh saling berwacana dan berdialektika dalam tataran lips services, dari pihak yang kalah kepada pihak yang berkuasa. Perubahan iklim ekonomi yang menyebabkan krisis ekonomi membuat Indonesia terpuruk hingga saat ini. Terlalu banyaknya politisi yang hanya berambisi untuk menduduki kursi Kepresidenan tanpa diimbangi dengan manajerial penanganan Republik Indonesia dan warganya membuat Indonesia menjadi bulan-bulanan, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Perkembangan demokrasi yang cukup pesat di Indonesia sejak era 1998 nampaknya juga belum cukup bermakna. Banyak orang yang memandang demokrasi belum mampu menyelesaikan masalah mereka sehari-hari. Demokrasi masih sering hanya menjadi arena sukses politik semata. Potensi demokrasi sebagai sarana penyelesaian masalah warga masih belum digali secara maksimal di Indonesia. Sebenarnya, demokrasi akan dapat menjadi sarana penyelesaian masalah warga, jika ia masuk dan mengambil peran dalam ruang pengambilan keputusan publik. Demokrasi yang seharusnya masuk menjadi semangat sekaligus mekanisme dalam ruang penentuan keputusan publik. Hal ini disebabkan oleh minimnya pendidikan politik terhadap masyarakat sehingga tidak dapat membangun Indonesia menjadi negara yang demokrasi.

Pendidikan politik hanya dianggap sebagai alat pelengkap untuk mengimplementasikan nilai-nilai atau norma kedalam sistem berdemokrasi, bukan sebagai variable utama dalam proses demokrasi. Pendidikan politik perlu dipahami sebagai perbuatan member latihan, ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi diri manusia, melalui proses dialogis yang dilakukan dengan suka rela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin, sehingga para penerima pesan dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara.

Bangsa Indonesia dalam menapaki jalannya transformasi terbaik adalah mendorong terbentuknya koalisi luas. Ajang berkoalisi tersebut dapat meliputi seluruh segment sosial. Syarat yang paling mendasar bagi keberhasilan proses transformasi setiap bangsa adalah kemampuanya untuk mempertahankan eksistensi dan keutuhan sepanjang perjalanan.

Demokrasi, desentralisasi, modernisasi, dan transformasi menuju keterbukaan, apabila tidak dikelola dengan arif dan bijaksana, maka dapat menciptakan kekuatan-kekuatan sentifugal. Untuk itu diharapkan agar pendidikan, pertumbuhan ekonomi yang tersebar dan penerapan good governance akan memperkuat kohesi. Disamping itu juga dapat meningkatkan kesadaran politik kebangsaan.

Sementara diantara perspektif dan harapan Indonesia bangkit dari ketertinggalan masih dalam bentuk retorika dan wacana belaka. Retorika dan wacana yang digulirkan kian berkembang hampir di seantero jagat nusantara, namun tak satu pun yang dapat merealisasikannya. Hal ini menimbulkan kegelisahan masyarakat Indonesia, utamanya kaum intelektual muda. Akibat dari keterpurukan kepemimpinan dan proses politik yang gonjang ganjing menjadi hambatan bagi bangsa Indonesia untuk mencapai politik yang demokratis.

Kemampuan intelektual muda dalam memperjuangan gagasan tentang Indonesia bangkit menjadi sebuah tantangan karena akan mengguncang struktur kekuasaan istitusional termasuk struktur modal. Semangat untuk melakukan perubahan dapat diambil dari akar budaya dan modal sosial masyarakat Indonesia.

Pengelolaan negara secara kuat, terpadu, efektif dan cerdas dapat membawa Indonesia keluar dari keterpurukan kemungkinan tidak berhasil dan kembali terjajah apabila masih ada ketergantungan ekonomi dan pengelolaan sumber daya nasionalnya pada negara asing. Ketergantungan tersebut dinilai berpotensi melumpuhkan kedaulatan ekonomi bahkan memusiumkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sudah amat mendasak sesegera mungkin kaum intelektual muda berkomitmen untuk segera membebaskan NKRI dari keterpurukan. Sebagai paket kesatuan intelektual muda dalam mempersepsikan pemikiran baru menjadi harapan Indonesia akan keluar dari keterpurukan.


Penulis adalah Sekretaris Jenderal Rumah Inspirasi Indonesia (RI2)