Selasa, 28 September 2010

Stop Pembunuhan Karakter Kaum Gerakkan

Oleh : Adam Rumbaru
Wkl. Sekjen. DPP.BIMA



Mahasiswa memiliki tiga tipe yakni yang pertama, tipe mahasiswa ambivalin adalah tipe mahasiswa yang hanya mengejar nilai  mata kulianya semata, ia tanpa mempedulikan masalah-masalah di sekitarnya. Tipe mahasiswa semacam ini diakui memang tidak diharapkan oleh negara. Kedua, tipe mahasiswa opertunis, tipe mahasiswa yang kedua ini sangat dikhwatirkan jangan sampai ada dan berkembang di kampus-kampus karena akan merusak citra kampus. Tipe mahasiswa opertunis ini ditandai sebagai seorang mahasiswa yang telah terkontaminasi dengan politik praktis. Sehingga hanya memiliki kepentingan dirinya sendiri dan golongan tertentu untuk mencapai kepentingannya. Tipe mahasiswa yang ketiga adalah tipe mahasiswa konsisten. Tipe mahasiswa inilah yang diharapkan oleh suatu bangsa dan negara. Tipe mahasiswa ini memiliki kepedulian terhadap persoalan baik masyarakat maupun bangsa dan negara.  Mahasiswa konsisten seperti Terlihat bergabung dalam berbagai organisasi. Baik organisasi intra kampus maupun ekstra kampus.

Mahasiswa yang selama kulia dan banyak menimbah ilmu dari organisasi itu tampak memiliki jiwa kepemimpinan. Kebiasaan mengkritisi pemerintah dan wakil rakyat itu dapat melekat pada diri seorang mahasiswa dan mentalitasnyapun teruji sampai mahasiswa itu tamat.

Bergabung dalam organisasi intra dan ekstra itu sangat signifikan karena organisasi itu akan membentuk krakter seorang mahasiswa yang berorientasikan kepada beberapa profesi yaitu menjadi pengusaha, menjadi akademisi, pengamat, dan menjadi politisi. Mahasiswa yang perna mendapat gemblengan ketika aktif di organisasi itu kemudian mengembangkan dirinya baik di LSM maupun organisasi kemasyarakatan (ormas).
Organisasi Kemyarakat dan Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM) merupakan salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat sipil yang berlandaskan pada prinsip demokrasi, kemitraan, keswadayaan, dan partisipasi publik. Ormas juga merupakan wadah penyaluran kepedulian dan kesadaran sosial dan politik masyarakat terhadap berbagai masalah publik aktual. Kegiatan ormas hampir selalu bersinggungan dengan isu-isu publik, khususnya yang terkait langsung dengan permasalahan riil di masyarakat.

Perkembangan ormas, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM), akhir-akhir ini, sangatlah pesat baik dari segi kuantitas maupun keberagaman sektor kegiatan yang digeluti. Sebagai gambaran, jika pada tahun 1990 jumlah ormas yang terdaftar di Departemen Dalam Negeri (Depdagri) hanya 3.200-an, maka pada tahun 2006-hingga sekarang telah mencapai lebih dari 8.000 organisasi. Jumlah ini belum meliputi ormas yang terdaftar di departemen lain dan di tingkat daerah. Perkembangan ini di satu sisi harus dipandang positif sebagai indikasi perkembangan demokrasi dan civil society.
Menjamurnya ormas lebih merupakan resonansi yang bersifat tidak langsung dari perubahan sosial, khususnya di negara maju dengan gejala kemunculan new social movement Gerakan-gerakan ini berkarakter posmodernis yang ide dan pendekatannya banyak diadopsi oleh kalangan ormas di Indonesia Sejak tahun 1990-an, di Indonesia terdapat kecenderungan kuat di masyarakat atas munculnya sebuah bentuk perlawanan dari masyarakat yang dimotori oleh aktivis LSM. Perlawanan tersebut khususnya menyangkut, antara lain, penolakan terhadap otoritarianisme negara yang over-regulatif, penolakan terhadap ide omnipotent state, dan penolakan terhadap tatanan yang bersifat status quo.

Kontrol sosial terhadap pemerintah yang dilakukan ormas dan atau LSM merupakan bentuk pertumbuhan kesadaran politik masyarakat. Tanpa kesadaran politik masyarakat, demokrasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya (timpang). Dalam kondisi demikiani akan muncul persoalan-persoalan, seperti munculnya kecurangain-kecurangan dalam proses politik dan merebaknya fenomena golput (golongan putih) dalam pemilihan umum, merambaknya tindak pidana korupsi yang menelantarkan berjuta rakyat. Kaum gerakkan masih tetap berjuang dengan fungsi kontrolnya. Namun sayangnya gerakan mahasiswa, ormas dan LSM yang tujuannya menyadarkan masyarakat politik dan kekuasaan ditanggapi sebagai bumerang. Akhirnya melakukan berbagai siasat untuk membunuh karakter kaum gerakkan.
Seperti dilangser beberapa media di tanah air saat memperingati hari korupsi dan hari buruh sedunia tampak para korupter dan makelar kasus yang berada dibalik kekuasaan merasa takut sehingga melakukan trick mematahkan semangat perjuangan kaum gerakkan. Kaum gerakkan yang memiliki idiologi serta memiliki visi yang jelas kadang kala mendapatkan adangan dari pihak-pihak yang tidak suka akan gerakkan agar mereka bebas berbuat dan terus-menerus melukai hati nurani rakyat.

Intelejen tetap saja mengintai gerakkan mahasiswa, ormas, LSM. Cara mereka untuk membunuh karakter kaum gerakan yang terlihat misalnya di kaskus yakni sebua twiter yang dicoba memediasi komentar-komentar untuk merusak citra diri seseorang yang jiwanya terang dalam perjuangan membelah rakyat dan negara. Perbuatan mereka itu adalah sebuah kezaliman yang nyata yang akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT.
Indonesia terkenal dengan agama religius yang sejatinya mengedepankan nilai-nilai spiritual atau nilai-nilai yang mendatangkan ridho Allah. Sudah banyak bencana yang terjadi dalam pemerintahan sekarang namun pihak-pihak yang bersandar kepada kekuasaan belum perna sadar. Ini akibat dari tidak tekunnya ibadah mereka kepada Allah. Hanya karena uang dan keuasaan mereka tidak menjadi orang yang amanah.

Banyak persoalan di negeri ini. Kalau bukan ada perjuangan dari Mahasiswa, Ormas, dan LSM lalu siapa lagi…? Perjuangan mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan sejatinya didukung semua pihak. Tapi, apa yang terjadi…? Semuanya berpaling sari kebenaran.

Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpimnan Pusat Barisan Insan Muda (DPP. BIMA) Mantan Ketua Umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LDMI HMI) Cabang Ambon.

Senin, 27 September 2010

Ica Mengaku Dirinya Sempat Ditawarin Lagu Keong Racun

Jakarta


Ica Lestari Khairuddin adalah seorang penyanyi dangdut yang sering kali manggung di Taman Mini Indonesia Indah. Ia mengaku dirinya sempat ditawarin oleh Taufik/Abunawas pencipta lagu keong racun untuk pertama kalinya dinyanyikan pada acara peringatan Hari Ulang Tahun Taman Mini Indonesia Indah.

"Lagu keong racun yang dirilis Taufik/Abunawas sebelum beredar lebih jauh, sempat ditawarin kepada saya untuk membawakannya pada Hari Ulang Tahun TMII namun saya merasa belum siap dan lagi pula saya menilai musiknya belum komplek sehingga saya menyikapinya biasa-biasa saja,"  Kata Ica Lestari Khairuddin di Anjungan Jambi Taman Mini Indonesia Indah, Rabu (22/9). 

"Tapi selang beberapa waktu kemudian saya merasa kaget ketika lagunya sudah beredar,"Tandasnya.

Seorang artis ingin tenar, namun samudra hatinya tidak terlepas dari gerakkan Sang Kuasa. Apa kata orang rezeki memang tidak kemana-mana. Lagu keong racun yang disikapi biasa-biasa saja kini sedang melijit ke angkasa bersama Lisa, seorang penyanyi dangdut pendatang baru di dunia dangdut.

"Lagu keong racun itu aslinya dinyanyikan oleh Lisa, dan kalau dinyanyikan orang lain itu berarti VCD Bajakan atau masih merilis,namun jika itu bajakan, maka dia telah menciplak tanpa seizain pencipta lagunya," kata
Ica dengan nada meyakinkan.

Ica ketika ditanya apabila lagu itu sempat dinyanyikan oleh dia apakah namanya menjadi tener...? Ica walaupun seorang penyanyi namun samudra hatinya dibekali keimanan yang tinggi dirinya langsung menjawab tanpa ada keraguan bahwa itu belum tentu,karena menyangkut rezeki orang, dan kalau lagu tersebut dia yang menyanyikannya belum tentu menjadi tenar.

Rupanya wanita satu anak ini telah memiliki pengetahuan agama yang cukup, iman yang kuat sehingga tidak muda goya.

Disamping berprofesi sebagai penyanyi dangdut, pemilik tubuh seksi berdarah Sunda ini, juga tengah mengembangkan karielnya di perusahaan CV. Gaba Mandiri selaku marketing. (Adam)

Minggu, 26 September 2010

Logika Pemuda dan Demokrasi














Oleh : Adam Rumbaru
Wkl. Sekjen DPP. BIMA

Pemuda merupakan pilar kuat dan harapan besar sebua bangsa. Bangsa yang kuat dan mandiri tidak terlepas dari peran kaum muda itu sendiri. Namun pemuda seperti apa yang turut berpartisipasi dalam membangun pembangunan demokrasi Indonesia...? Hal itu dapat kita temukan dalam lanskap baru kehidupan pemuda Indonesia dalam membangun demokrasi.

Komitmen pemuda dalam membangun pembangunan demokrasi berangkat dari kondisi objektif Indonesia yang plural ini memang harus dijadikan demokrasi sebagai landasan pengelolaan negara dan masyarakat. Karena pemuda secara logika berfikirnya mengemukakan bahwa demokrasilah sebagai sistem yang mampu menjawab tantangan yang terus berkembang.

Demokrasi Indonesia saat ini cenderung  ke arah demokrasi Amerika sehingga demokrasi kita ini tidak sesuai dengan keinginan dan hati nurani masyarakat, karena telah banyak menguburkan tata nilai kehidupan dan kebudayaan bangsa. Nah, hal ini merupakan tantangan bagi masyarakat bangsa Indonesia terutama para pemuda.

Rakyat Indonesia sebenarnya berasumsi bahwa dengan adanya demokrasi yang dianut sekarang mampu membawa perubahan. Tapi, ternyata jauh dari harapan masyarakat, dan celakanya bagi masyarakat yang secara politik mengalami transisi.

Simak kehidupan politik di sepanjang era orde baru, dimana era yang sama sekali tidak menyentu jiwa demokrasi. Kegagalan proses transisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa setiap gerakan politik hanya semata untuk tujuan kekuasaan, bukan untuk kesejahteraan masyarakat. Padahal tujuan demokrasi itu sebenarnya mensejahterahkan rakyat.

Dengan adanya gerakan politik kekuasaan orde baru itulah dieksplisitkan oleh pemuda saat itu sebagai kesalahan cara pandang, sehingga lahirlah gerakan reformasi oleh mahasiswa dan berhasil menggulingkan rezim yang telah berkuasa 32 tahun itu.

Pasca tumbangnya rezem orde baru, perubahan mendasar terkait dengan sistem dan format politik nasional demikian cepat berlangsung. Tuntutan demokratisasi yang menjadi salah satu amanat dari reformasi, telah memaksa berbagai kelembagaan politik melakukan reposisi.

Secara prosedural, demokrasi kita telah menampakkan perkembangan yang luar biasa. Prinsip vox populi vox dei (suara Tuhan suara rakyat), nampak jelas dalam format politik kekinian. Hal ini terlihat dalam format sistem pemilu kita. Model pemilihan secara langsung berlaku secara mutlak untuk menentukan Presiden/Wakil Presiden, anggota DPR, DPRD, DPD, Gubernur/Wakil Gubernur,Walikota/Wakil Walikota, dan Bupati/Wakil Bupati. Namun sayangnya, berbagai perubahan atas demokrasi prosedur tersebut belum mampu menumbuhkan praktik demokrasi subtansial yang sesungguhnya.Mentalitas atas praktik demokrasi pasca orde baru, belum mampu menumbuhkan etos kesadaran politik, justru sebaliknya, praktik demokrasi politik kita, makin menunjukkan gejala anomali.

Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Barisan Insan Muda (DPP.BIMA)

Jumat, 03 September 2010

Peran Agama dalam Kemajemukan Bangsa

Oleh : Adam Rumbaru

Akhir-akhir ini wacana pluralisme muncul sebagai respon atas kemajemukan masyarakat, terutama segi agama atau kepercayaan yang sering kali memicu konflik, baik antar umat beragama maupun antar aliran pemahaman agama. Ajaran agama yang dipahami berbeda-beda oleh para penganutnya melahirkan keragaman aliran pemikiran dan ekspresi keagamaan yang beragama pula. Keragaman ini pada gilirannya menjadi sumber konflik yang tak hanya pada level pemikiran tetapi juga dalam sikap atau tindakan.

Indonesia patut disebut sebagai negara plural, karena negara ini memiliki cakupan yang sangat luas yakni terkait dengan agama, budaya, ideologi, kepercayaan, adat istiadat dan afiliasi politik.

Dalam kehidupan Indonesia yang pluralis itu sejatinya dikedepankan toleransi umat beragama. Namun sayangnya pada era reformasi ini terlihat adanya sikap tidak toleransi yang muncul di tengah-tengah umat beragama akibat dari pengaruh teologis dan kesalahpahaman dalam memandang pluralisme.

Berdasarkan gambaran di atas, maka sebaiknya pluralisme dan toleransi harus dikaji kembali, tak hanya berhubungan dengan persoalan teologis dan eskatologis semata,tetapi juga menyangkut persoalan sosiologis. Artinya, kontroversi mengenai pluralisme tak hanya karena perbedaan penafsiran terhadap ajaran agama yang berkaitan dengan aspek teologi dan eskatologi, tetap juga sekaligus sebagai jawaban atas realitas sosial yang majemuk. Para pemikir dan tokoh agama harus menafsirkan ulang ajaran agamanya masing-masing mengingat zaman telah berubah dan tantangan sosial yang dihadapi dalam era globalisasi ini dirasakan lebih berat.

Untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebaiknya para pemeluk agama tidak saling mengklaim tentang kebenaran ajaran agamanya karena selalu menimbulkan konflik. Semua agama mempunya andel dalam perjuangan mengisi kemerdekaan. Sehingga perlu menggalan persatuan dan kesatuan menjaga dan mempertahankan negara dan bangsa yang sama-sama kita cintai ini.

Karena dengan adanya konflik beragama bisa menjadi potret negara dunia dan menilai Indonesia bukan lagi negara kesatuan. Kita harus sadar dan kembali kepada Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila agar nilai-nilai kehidupan pancasilais itu dapat tumbuh dalam setiap jiwa rakyat Indonesia.

Penulis adalah Wasekjen DPP. BIMA

Kamis, 02 September 2010

Perilaku Buruk Mendatangi Bencana Kubur



Oleh: Adam Rumbaru

Manusia adalah makhluk soasial yang selalu mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan berusaha memerangi yang buruk, sebab manusia memiliki akal yang selalu merujuk kepada kebaikan. Disamping manusia memiliki akan, juga memiliki nafsu yang cenderung mempengaruhi manusia dalam berbuat hal-hal yang negatif.

Perangai yang buruk di dunia kelak mencadi sebuah bencana dalam alam kubur.Simak sebuah kisah yang terjadi pada zaman kehidupan Rasullah saw sebagai berikut:

Tatkala salah seorang sahabat menyampaikan kabar kematian Sa'ad yang dikenal taat beribadah. Rasul saw dan para sahabatnya segera menuju rumah Sa'ad. Beberapa sahabat diberi tugas untuk membantu Rasullah saw memandikan Jenazahnya. Setelah Zasad Sa'ad dimandikan dan dikafani, para sahabat menempatkan jasad itu ke dalam keranda mayat lalu mengusungnya ke pemakaman.

Rasul saw tampak berjalan diantara hadirin yang mengantarkan jenazah Sa'ad ke tempat peristerahatnya yang terkhir. Perkara yang kelihatan ganjil di mata hadirin adalah Rasul saw berjalan tanpa mengenakan aba'ah (jubah) dan sendal. Beliau mengusung keranda secara bergilir dari sisi kanan kemudian ke kiri, hal itu terus dilakukannya sampai keranda itu tibah di liang kubur.

Sesampai di liang kubur, Rasul saw masuk ke dalam dan membaringkan jenazah Sa'ad dalam lahad dan beliau meminta kepada sahabatnya agar membawa batu bata serta beberapa keperluan lainynya. Kemudian tangan suci beliau sendiri yang membuat lahad. Tatkala beliau melihat satu celah yang kosong, beliau segera menutupi celah itu seraya berkata," Aku tahu bahwa kubur ini tak lama lagi akan rusak, namun Allah swt menyukai hambanya yang melakukan pekerjaan yang sempurna." Saat itu ibunda Sa'ad mendatangi kuburan seraya berkata," Putraku! Beruntunglah engkau, karena surga tempatmu!"

Rasul saw berseru, " Wahai ibu Sa'ad! Diamlah! Jangan engkau berkata seyakin itu di hadapan Tuhan! Ketahuilah bahwa putramu saat ini sedang menderita himpitan kubur."

Seusai acara pemakaman,semua hadirin pulang ke rumah masing-masing, dalam perjalanan pulang itu, seorang sahabat bertanya kepada Rasul saw, " Ya Rasul Engkau telah memperlakukan Sa'ad begitu istimewa yang jarang engkau lakukan terhadap orang lain. Engkau bahkan ikut mengantarkan jenazahnya tanpa mengenakan jubah dan sendal ke liang kubur."

Rasul saw berkata, " Saat itu para malaikat yang mengantarkan jenazah Sa'ad juga tidak memakai jubah dan sendal. Aku hanya meniru mereka. Saat mengusung keranda mayat, tanganku dibimbing oleh tangan jibril."

" Engkau telah mensholatkan jenazahnya dan meletakkan jasadnya di liang kubur serta membuat lahad (ceruk atau celah di dalam kubur untuk menempatkan mayat) tetapi mengapa engkau masih mengatakan bahwa Sa'ad sedang mengalami himpitan kubur kubur," tanya sahabat lebih lanjut.

Rasul saw bersabda, "Benar adanya! Himpitan kubur itu, disebabkan perangai buruk Sa'ad terhadap anak istrinya.

Dari kisa ini kita petik beberapa pelajaran. Pertama ibadah ritual tidak menjamin seseorang bebas dari siksa kubur. Banyak syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk dapat bebas dari siksaan kubur. Baik terhadap keluarga maupun orang lain. Biarpun seseorang rukuh dan sujud seribu kali sehari, namun apabila dia berperangai buruk terhadap keluarga,maka ibadah ritual itu tidak akan dapat menyelamatkan dia dari siksa kubur. Ajaran Islam begitu mementingkan hablum minan-nas terutama hubungan antar anggo takelurga.

Penulis adalah mantan Ketua Umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LDMI HMI) Cabang Ambon.